Sabtu, 21 Mei 2016

Tabung oksigen medis


TABUNG OKSIGEN MEDIS


A. LATAR BELAKANG
Teknologi terapan tabung oksigen untuk keperluan medis adalah alat kesehatan yang dipergunakan untuk membantu pasien dalam memperlancar pernafasan,membantu meringankan kerja jantung dan paru paru saat pasien dalam kesehatan yang lemah.
 B. TUJUAN
§  Memenuhi kekurangan oksigen
§  Membantu kelancaran metabolisme
§  Sebagai tindakan pengobatan
§  Mencegah hipoksia
§  Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung


PEMBAHASAN
Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
a.      Saraf Otonomik
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotsransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan norodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat reseptor adrenergenik dan reseptor kolinergik.
Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
b.      Alergi pada Saluran Napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan , bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain.
c.      Perkembangan
Tahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia perkembangan.



d.      Lingkungan
Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi, seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu.kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.
e.      Perilaku
Factor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi).


Jenis Pernapasan
a.    Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa.Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.
b.    Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses  Semua hormon termasuk derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.


Masalah Kebutuhan Oksigen
a.    Hipoksia
Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat difisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen dalam tingkat sel, di tandai dengan adanya warna kebiruan pada kulit (sianosis).
b.    Perubahan pola pernapasan
1.      Tachipnea, merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari  24 kali per menit.
2.      B radypne a, merupakan pola pernapasan yang lambat dan kurang dari  10 kali per menit.
3.      H ipervent ilas i, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
4.      Kus maul, merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat Nditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolic.
5.      H ipovont ilas i, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis,*lumpuhnya otot-otot pernafasan, defresi pusat pernafasan, peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru, dan toraks, sertta penurunan compliance paru dan toraks.
6.      Dis pne a, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan
7.      Orthopne a, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
8.      Cheyne stokes, merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya  mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
9.      Pernapasan paradoksial, merupakan pernapasan yang ditandai dengan pergerakan dinding paru yang berlawanan atah dari keadaan normal, seriong ditemukan pada keadaan atelektasis.
10.  Bi ot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, tetapi amplitudonya tidak teratur.
11.  Esteridor, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan


 PROSEDUR
 Terapi ini dilakukan pada penderita :
1.      Dengan anoksia atau hipoksia
2.      Dengan kelumpuhan alat2 pernafasan
3.      Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
4.      Mendapat trauma paru
5.      Tiba2 menunjukan tanda2 shock, dispneu cyanosis apneu
6.      Dalam keadaan coma

 PERSIAPAN
 Alat :
§  Tabung oxygen beserta isinya
§  Regulator dan flow meter
§  Botol pelembab
§  Masker atau nasal prong
§  Selang penghubung

 TATA KERJA :
a.      Pemberian oksigen langsung melalui nasal prongs
b.       Dapat digunakan untuk jangka panjang
c.       Mencegah rebreathing
d.       Dapat digunakan selama makan dan berbicara
e.       Alatnya sederhana dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6lt/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 24%-44%.
f.         Iritasi lokal, dermatitis dan perdarahan hidung dapat terjadi dan volume pemberian diatas 4l/min tidak boleh diberikan secara rutin.





Cara pemasangan :
a.       Cuci tangan
b.      Memberitahukan pasien
c.       Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
d.      Isi tabung humidifier dengan water for irigation batas yang tertera
e.       Menghubungkan flow meter pada tabung oksigen/ sentra oksigen
f.       Cek fungsi flow meter dan humidifier dengan memutar konsentrasi O2 dan amati ada tidaknya gelembung udara dalam tabung flow meter.
g.      Menghubungkan kateter nasal dengan flow meter
h.      Alirkan oksigen ke kateter nasal dengan aliran antara 1-6 lt/menit dan nasal kanul 1-6 lt/menit
i.        Cek aliran nasal kanul / kateter kanul dengan menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
j.        Pasang alat kateter nasal/ kanul nasal pada klien
k.      Fiksasi selang oksigen
l.        Alirkan oksigen sesuai yang diingainkan
m.    Cuci tangan
n.      Rapikan perlatan kembali
o.      Dokumentasikan pada status klien

KEUNTUNGAN :
oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, dalam pemasangannya sangat mudah jika dibandingkan dengan pemasangan kateter, murah, disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman dan dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.

KEKURANGAN :

Kekurangan penggunaan nasal kanul adalah Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.




BAGIAN BAGIAN.

Description: [JAWAB] Kenapa orang sakit sering pakai TABUNG OKSIGENnasal kanul : merupakan tabung plastik yang mempunyai cabang kecil yang menonjol untuk dimasukkan kedalam lobang hidung, metode ini merupakan metode yang paling mudah dan paling dapat diterima karena lebih efektif, mudah dipakai oleh klien (Potter&Perry,1997). Klien yang menerima terapi oksigen melalui nasal kanul hidung dapat berkomunikasi dengan mudah, dapat makan minum dan melakukan aktifitas setiap hari. Klien juga dianjurkan untuk bernafar melalui hidung karena pernafasan lewat mulut dapat menurunkan bahkan dapat menghilangkan oksigen. Oksigen dengan nasal kanule diberikan 1-6 l/mnt (Potter&Perry, 1997). Diatas 6 l/mnt tidak akan meningkatkan oksigen yang dihasilkan, justru hal ytersebut akan meningkatkan kekeringan membran mukosa. Bagaimanapun oksigen dengan nasal kanul biasanya digunakan dengan kecepatan aliran 2-3 l/mnt.

Description: Regulator Dan Tabung Oksigen

Humidifier : humidifier dilengkapi dengan tabung air steril yang bisa didisi kembali. Alat ini melekat pada pada alat yang menghasilkan oksigen. Humidifier berfungsi melembabkan membasahi oksigen sebelu bergerak melalui hidung ke paru-paru sehingga mencegah mengeringnya membran mukosa saluran pernafasan. Air yang digunakan harus steril untuk mencegah infeksi dari mikro organisme yang dapat tumbuh dalam lingkungan lembab.
Flowmeter : merupakan alat yang melekat ke oksigen outlet, yang mengatur jumlah oksigen yang dihasilkan. Ada 2 tipe flowmeter : balon air raksa dan ukuran, kedua tipe mencatat jumlah liter yang dikeluarkan permenit.

Description: http://tokoalkes.com/wp-content/uploads/2014/11/tabung-oxigen.jpgSumber oksigen : Oksigen biasanya disimpan dalam tabung atau berasal sentral/\. jumlah gas dicatat dalam ukuran pounds perinchi persegi. ketika tabung hampir kosong jarum menunjuk ke area merah dan menandakan tabung harus ganti. terdapat juga tabung-tabung yang kecil untuk keadaan darurat, dapat dipindahkan dan biasanya aman karena bertekanan rendah.










Kesimpulan

Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan (Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005). Dalam teknologi terapan tabung oksigen ini maka teknologi ini belum akan tergantikan dikarenakan 100% menggunakan oksigen dan efektif dalam membantu pasien dalam meringankan kerja organ tubuh seperti jantung dan paru paru,dan memperlancar metabolisme tubuh dan menjaga agar tetap cukup suplai oksigen ke dalam otak.


Daftar pustaka
Hidayat,A.aziz alimul dan Musrifatul uliyah.2005.Kebutuhan Dasar manusia.Buku kedokteran

Minggu, 03 April 2016

yum soemarsono penemu helikopter


Yum Soemarsono - Penemu Helikopter asal Indonesia

Yum Soemarsono
Yum Soemarsono 

Lahir: 
10 Desember 1916, Soko, Purworejo, 
Jawa tengah, Indonesia

Meninggal: 
5 Maret 1999 Bandung, Indonesia
Dikenal: Penemu helikopter

Rancangan: 
Rotor Stabilizer
RI-H (1948)
YSH (1950)
Seomarcopter(1954)
Kepik (1964)

Pendidikan kedirgantaraan:
California, AS
Kursus desain helikopter 
Stanford University

Pekerjaan:
Tentara angkatan udara Indonesia
Pilot helikopter pribadi 
Presiden Soekarno 1963,
Pilot penyemprot 
hama tebu dan kelapa 1965 - 1972
Letkol (pur) Yum Soemarsono (10 Desember 1916, Soko, Purworejo, Indonesia - 5 Maret 1999 Bandung, Indonesia) adalah seorang ilmuwan, tentara angkatan udara dan penerbang asal Indonesia yang dikenal sebagai bapak helikopter Indonesia. Berbeda dengan penemu dan pengembang helikopter lainnya, dia mengembangkan helikopter sendiri berdasarkan pengalaman dan intuisi serta keterampilannya yang tidak diperoleh dari pendidikan tinggi.

Yum Soemarsono lahir di Soko, Purworejo pada tanggal 10 April 1916. Beliau adalah anak desa yang mulai tertarik dengan pesawat terbang ketika sering melihat pesawat terbang lalu-lalang di Lapangan Terbang Tidar, Magelang. Walaupun dikenal sebagai perancang helikopter tapi beliau tidak banyak mengenyam pendidikan tinggi, beliau menekuni dunia helikopter secara mandiri. Helikopter rancangannya pada saat itu tidak memiliki bentuk seperti helikopter yang dilihat sekarang, namun memiliki dan menerapkan prinsip kerja helikopter.

Pengetahuan tentang teknologi, Soemarsono dapatkan dari lembaran stensilan karangan seorang ilmuwan Belanda, Ir. Oyen, tahun 1940 tentang aerodinamika dan sebuah gambar dari majalah Popular Science bekas pada tahun 1939.


RI-H

Dengan pengetahuan aerodinamika seadanya, Ia dan teman-temannya berhasil merancang helikopter pertama yang diberi nama RI-H pada tahun 1948. Namun helikopter ini tidak sempat diterbangkannya karena lokasi pembuatannya di Gunung Lawu dibom Belanda pada saat Revolusi Kemerdekaan Indonesia tanggal 19 Desember 1948.


YSH

Pada tahun 1950, Yum Soemarsono, Soeharto dan Hatmidji berhasil merancang Helikopter kedua yang di beri kode YSH, yang merupakan singkatan dari ketiganya yakni, Yum Soeharto Hatmidji. Helikopter ini berhasil melayang setinggi 10 cm di lapangan Terbang Sekip Yogyakarta. Namun sayangnya YSH mengalami kerusakan akibat jatuh dari truk saat diangkut ke Lapangan Kalijati, Yogyakarta.

Berkat prestasinya tersebut, pada tahun 1951 Beliau diberi beasiswa dari Hiller untuk belajar terbang di California, AS. Selain belajar menerbangkan helikopter, Beliau juga mengambil kursus desain helikopter di Stanford University. Di sini Beliau juga menunjukkan kepiawaian perhitungan desain rotor blade-nya, yang cuma berbeda satu inci dari rotor blade rancangan Wayne Wiesner, kepala biro desain Pabrik Hiller.


Seomarcopter


Rotor Stabilizer RI-H (1948) YSH (1950) Seomarcopter(1954) Kepik (1964)
Helikopter ketiganya ia rancang pada tahun 1954 dengan nama Seomarcopter. Helikopter ini berhasil terbang di ketinggian 3 meter sejauh 50 meter dengan mesin berdaya 60 pk. Penerbangan Helikopter ini disaksikan dan diawaki oleh Leonard Parish seorang Instruktur perusahaan Hiller Helicopter, Amerika Serikat. Pada tanggal 10 April 1954, Soermarkopter berhasil terangkat dari permukaan tanah setinggi 1 kaki. Pada tahun 1955 Beliau kembali ke tanah air dengan mengantongi lisensi rating penerbang helikopter hiller, bell, sikorsky, dan Mi-4.


Kepik

Pada bulan Maret 1964 Beliau mengalami kecelakaan saat menguji coba helikopternya yang ke-empat yang diberi nama Kepik. Kecelakaan ini menyebabkan beliau kehilangan tangan kirinya dan sekaligus menewaskan asistennya, Dali. Nama kepik sendiri adalah nama pemberian Presiden Republik Indonesia pertama Soekarno.

Kehilangan tangan kirinya membuatnya menemukan suatu alat yang dinamakan throttle collective device untuk mengganti tangan kirinya yang putus, sehingga penerbang cacat masih mampu menerbangkan helikopter. Alat ini digunakan untuk mengangkat dan memutar collective, salah satu kemudi yang terletak pada sisi kiri penerbang. Semula hanya didesain untuk helikopter jenis Hiller, namun kemudian dikembangkannya untuk dipakai pada helikopter Bell 47G dan Bell 47J2A, hadiah dari Solichin GP.

Yum Soemarsono
Meski alat ini kemudian diminati oleh pabrik helikopter Bell di Amerika Serikat, tidak ada kejelasan selanjutnya mengenai pengembangan alat ini dan sekaligus juga hak patennya. Pada bulan Juni 1990 Beliau diundang ke Paris untuk mendemonstrasikan throttle collective device, lengan buatannya itu untuk menerbangkan helikopter BELL 47-G.

Pada tahun 1963 Soemarsono sempat menjadi pilot helikopter pribadi Presiden Soekarno. Dari tahun 1965 sampai tahun 1972 beliau bekerja sebagai pilot penyemprot hama tebu dan kelapa. Ketika berhasil memperbaiki dan menerbangkan kembali helikopter Bell 47-J-2A yang kemudian diberi nama Si wallet, nama Yum Soemarsono kembali dikenal publik.

Yum Soemarsono meninggal dunia pada tanggal 5 Maret 1999 di Bandung. Yum Soemarsono, Nurtanio Pringgoadisuryo, Wiweko Soepono dan R.J Salatun, adalah perintis kedirgantaraan di Indonesia. Bila Nurtanio melakukan upaya merintis dalam bidang pesawat bersayap tetap, maka Yum Soemarsono adalah perintis dibidang helikopter.

sikap ilmiah :
1.pantang menyerah,walaupun beliau tangan kirinya patah tetap berkarya membuat helikopter kepik
2.pengalaman, pengalaman beliau di bidang militer merupakan pondasi dalam membuat rancangan helikopter